Wednesday, September 22, 2010

Temanku.... temanmu juga

Membayangkan mempunyai seorang teman yang sayang padaku, selalu mendukungku ke manapun aku ber lari, kemanapun aku bercita, dan kemanapun aku mengadu.

Aku baru mendapatkannya dan merasakannya kemarin. Sebelumnya?. Aku tak tahu. Apa mungkin aku terlalu munafik untuk mengungkapnya?. Jawabannya, ada pada esok hari.

Teman, bagiku tidak lebih dari sekedar sahabat. Dan arti kata sahabat juga lebih besar ketimbang teman. Apa sih teman?. Cuma kenalan biasa kan?. Entah apa ada yang mengartikannya lain selain itu?. Bulshit semua.

Teman menurutku baru ada saat kita ada untuknya. Ketika kita awalnya tidak berada, mana mungkin dia ada untuk kita, percaya kan?.

Ada pepatah mengatakan, kalau cari teman itu haruslah pilih-pilih. Jangan asal percaya gitu aja. Bisa celaka lho, nah lho?.

Kalau menurut kalian, celaka dimana?. Hmm? gak tahu. Mungkin celaka saat kita lengah, trus dia dengan mudahnya mempengaruhi kita untuk melakukan tindakan bodoh tanpa kita harus berpikir panjang ke depan. Celakalah teman seperti itu dan juga kamu!.

Kenapa?. Ya iya, sebab kamu meng enjoykan teman macam itu terus hingga berulang-ulang. Bodoh.

Ku katakan ya pada kalian, apa arti teman itu sebenarnya.

Arti teman itu tak lebih dari sekedar sebuah pertolongan dengan adanya pamrih. Kalau tidak ada, bukanlah teman itu namanya. Tidak percaya?... Buktikan sendiri. Renungi diri baik-baik. Pernahkan kamu mendapatkan untung dalam berteman selain kamu yang memulainya sendiri?.

Kalau tidak. Ya jawabannya benar. Karena cuma sahabat sejati yang tahu seluk beluk kamu tanpa terlebih dahulu kamu memberitahunya. Kamu gak akan capek berkorban untuk orang yang ikhlas padamu. Kamu yang nantinya akan merasa tidak enak, karena lama waktu berselang, kamu bersamanya. Dan dia ikhlas di dalamnya, Subhanallah.... Maha suci Allah.






Tapi....





Baru kali ini aku merasa ada yang beda dari kata teman. Teman itu ibarat buah. Ada yang di musim ini manis, dan di musim yang lain pahit. Berputar dia, ibarat roda dalam musim. Aku lebih sering mendapat manisnya dengan mereka. Tapi pahitnya, Hamdalah bisa di selesaikan secara baik-baik dan terbuka. Karena aku selalu menerapkan kata,

'Jujur itu lebih baik dari pada gak sama sekali'.

Ya, pondasi berteman awet itu ya harus jujur. Mau apapun itu, usahakan terbuka. Biar semua tahu. Kapan kamu senang dan kapan kamu sedih. Mereka harus tahu. Ibarat pembeli yang membeli buah, pasti ketika ia hendak membeli, ia mencicipi terlebih dahulu. Walau kadang ketika di cicipi terasa manis. Dan ketika di buka di rumah, mendadak pahit. Jangan pernah di buang, rasakan, nikmati dan ubahlah buah itu layaknya pertemanan. Hargai dia, rasakan ia, dan ubah ia menuju keterbukaan dan kebaikan sempurna. Insya Allah, pertemanan seperti itu kan bertahan lama. Sampai akhir hayat.









Bismillah.....

No comments:

Post a Comment